Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropis yang amat luas dan
negara kedua terkaya dengan keanekaragaman hayati sesudah Brazilia. Salah satu kekayaan hayati itu adalah tumbuhan
Cendana (Santahum album Linn) yang
hidup di daerah Samarinda, akarnya digunakan sebagai obat tradisional dalam
mengobati penyakit diabetes mellitus. Senyawa steroid yang telah dilaporkan
dalam S. album terdapat dalam daun
yaitu β-sitosterol (steroid) dan dalam kulit batang yaitu amirin palmitat
(triterpenoid ester).
Adapun manfaat dari pohon Cendana itu sendiri,
diantarany:
a. Kayu: Antiseptik saluran kemih, disentri, mencret, radang usus.
a. Kayu: Antiseptik saluran kemih, disentri, mencret, radang usus.
b. Daun: Asma.
c. Kulit kayu/Kulit akar: Selain untuk
obat, Cendana dapat dimanfaatkan untuk bahan kosmetika. Minyak Cendana juga
digunakan sebagai obat gosok (dicampur dengan minyak kelapa). Minyaknya
mengandung santalol. Kayunya (yang dipelihara sampai berumur 20 - 40 tahun)
dijadikan perhiasan, patung, kipas, kotak cerutu dan alat rumah tangga lainnya.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai isolasi
dan penentuan struktur molekul steroid dari akar cendana (Santalum Album Linn).[1]
I.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Pengertian Steroid
B.
Isolasi Bioaktifitas Metabolit Sekunder
C.
Penentuan Struktur Senyawa Steroid
D.
Bioaktifitas Senyawa Steroid
II.
PEMBAHASAN
A. Steroid
Steroid merupakan kelompok senyawa organik hasil alam
yang berasal dari tetrasiklik triterpen.
|
Beberapa pembagian steroid antara lain:
1.
Sterol (steroid
alkohol)
2.
Asam-asam
empedu
3.
Steroid saponin
4.
Hormon seks
(estrogen, progestin, androgen)
5.
Hormon adrenal
korteks (glikokortikosteroid mineralokortikosteroid)
6.
Kardiotonik
steroid glikosida
7.
Hormon
metamorfosis (ekdysteroid) pada serangga
Beberapa Steroid yang penting antara
lain:
1.
Kolesterol
Kolesterol merupakan steroid hewani yang terdapat paling meluas dan
dijumpai dalam hampir semua jaringan hewan. Batu kandung empedu dan kuning
telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini.
2.
Kortison dan
kortisol (hidrokitoson)
Kortison dan kortisol (hidrokitoson) merupakan dua dari 28 hormon
atau lebih hormon yang dihasilkan oleh lapisan luar kelenjar adrenal (adrenal
kortex). Keduanya digunakan secara meluas untuk mengobati peradangan karena
alergi atau encok (rhemautoid arthritis).
3.
Hormon seks
Hormon seks dihasilkan terutama dalam testis dan indung telur;
produksinya diatur oleh hormon-hormon yang terdapat dalam otak (piturutary
gland). Hormon-hormon seks menyiarkan karakteristik seks sekunder dan mengatur
fungsi seksual dan reproduksi. Hormon-hormon jantan secara kolektif disebut
endrogen; hormon betina estrogen; dan hormon kehamilan progestin.
4.
Asam-asam empedu (bile acids)
Asam-asam empedu dijumpai dalam kelenjar empedu, yang direproduksi
dalam hati (liver) dan disimpan dalam kandung empedu itu. Contoh asam-asam
empedu yang paling melimpah adalah Asam
kolat.[2]
B. Isolasi
Bioaktifitas Metabolit Sekunder
1.
Uji
Pendahuluan / Identifikasi kandungan Steroid
Sebelum melakukan
isolasi terhadap suatu senyawa kimia yang diinginkan dalam suatu tumbuhan maka
perlu dilakukan uji pendahuluan kandungan senyawa metabolit sekunder yang ada
pada masing-masing tumbuhan, yaitu dalam hal ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya kandungan steroid dalam akar tumbuhan cendana. Identifikasi kandungan
steroid dilakukan dengan cara: sepuluh gram akar
tumbuhan S. album halus diekstraksi dengan metanol. Ekstrak metanol
kemudian diuapkan dan diekstraksi dengan eter. Residu yang tidak larut dalam
eter dikocok kuat-kuat. Adanya busa yang stabil selama 30 menit menunjukkan
adanya saponin. Selanjutnya dihidrolisis dengan asam klorida 2 N sebanyak 4 ml
dan disaring. Endapan diuji dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Warna
ungu menunjukkan adanya saponin. Ekstrak eter diuji dengan pereaksi
Liebermann-Burchard. Warna hijau menunjukkan adanya steroid dan warna merah
menunjukkan adanya triterpena.
2.
Ekstraksi dan
Fraksinasi
Serbuk akar tumbuhan S.
album sebanyak 2,0 kg diekstraksi secara maserasi dengan menggunakan pelarut metanol selama 24 jam sambil diaduk. Ekstrak metanol
dipisahkan dengan cara penyaringan. Maserasi ini dilakukan selama 3 x 24 jam
sehingga kandungan senyawa kimia dalam bahan terekstraksi semaksimal mungkin ke
dalam pelarut metanol. Ekstrak metanol kemudian dipekatkan dengan menggunakan
evaporator sampai diperoleh ekstrak metanol pekat (48,3 g; 2,415%).
Ekstrak metanol pekat
yang diperoleh diambil 250,0 mg untuk uji aktivitas hipoglisemik, sisanya
sebanyak 40,0 g disuspensi dengan akuades dan difraksinasi dengan menggunakan
pelarut kloroform. Selanjutnya masing-masing fraksi dipekatkan dan diuji
steroid. Ternyata fraksi ekstrak CHCl3 positif steroid sedangkan
fraksi air negatif steroid.
3.
Pemisahan dan
Pemurnian
Ekstrak kloroform yang menunjukkan positif
steroid dipisahkan dengan cara kromatografi kolom menggunakan fase diam silika
gel 60 dan dielusi dengan menggunakan pelarut n-heksana–etil asetat
dengan penampungan 5 ml setiap fraksi dan diperoleh sebanyak 170 fraksi. Semua
fraksi hasil pemisahan kromatografi kolom selanjutnya dilakukan analisis dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis untuk melihat noda dengan Rf
yang sama dengan fase gerak kloroform etil asetat. Fraksi-fraksi dengan noda
yang sama pada kromatografi lapis tipis digabungkan dan diuapkan pelarutnya.
Dari 170 fraksi diperoleh 6 fraksi gabungan
Fraksi-fraksi
yang menampakkan pola noda yang sama pada kromatogram lapis tipis digabungkan
dan diuapkan pelarutnya sehingga diperoleh fraksi A (8-15) seberat 278,1 mg,
fraksi B (19-26) seberat 99,7 mg, fraksi C (36-40) seberat 81,9 mg, fraksi D
(52-59) seberat 51,9 mg, fraksi E (79-104) seberat 24,5 mg, dan fraksi F
(128-170) seberat 50,0 mg. Keenam fraksi dilakukan uji steroid. Hasil uji
steroid dengan menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard terlihat bahwa fraksi D
positif terhadap pereaksi steroid sehingga dilakukan pemisahan lebih lanjut.
Fraksi D sebanyak 50 mg dipisahkan kembali dengan menggunakan kromatografi
kolom dengan silika gel 60 menggunakan fase gerak petroleum eter–eter.
Selanjutnya masing-masing fraksi ditampung sebanyak 1 ml dan diperoleh 43
fraksi. Setelah dilakukan kromatografi lapis tipis dengan fase gerak petroleum
eter–eter, eluat ini menghasilkan empat fraksi yang menunjukkan pemisahan yang
berbeda. Fraksi-fraksi yang menunjukkan noda dengan Rf yang sama
pada kromatografi lapis tipis digabungkan dan diuapkan pelarutnya sehingga
diperoleh fraksi D1 (12-15)
seberat 13,2 mg, fraksi D2 (22-24) seberat 9,4 mg, fraksi D3 (33-34) seberat 11,4 mg, dan fraksi D4
(39-43) seberat 14,3 mg. Terhadap keempat fraksi dilakukan uji steroid. Hasil
uji steroid diperoleh bahwa fraksi D1-D4 positif terhadap
pereaksi Liberman-Burchard.
4.
Uji Kemurnian
Kromatogram dari
kromatografi lapis tipis menunjukkan
bahwa fraksi D3 memperlihatkan noda tunggal. Fraksi D3
yang memberikan noda tunggal tersebut kemudian dilakukan analisis kemurnian
dengan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan berbagai fase gerak yaitu:
·
n-heksana-etilasetat (I)
·
n-heksana-kloroform (II)
·
petroleum eter-eter (III)
·
kloroform (IV)
·
kloroform-metanol (V)
|
Ternyata dengan
berbagai campuran dua fase gerak pada kromatografi lapis tipis semua
kromatogram menunjukkan adanya noda tunggal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fraksi D3
tersebut murni. Analisis selanjutnya dilakukan pengukuran titik leleh dengan
alat “Fisher John Melting Point”. Pengamatan menunjukkan bahwa fraksi D3
meleleh pada suhu 135- 137C. [3]
C.
Penentuan Struktur Molekul
1. Spektroskopi Inframerah (FTIR)
Spektrum
inframerah senyawa isolat murni ditunjukkan dalam Gambar 4 dan
data bilangan gelombang, bentuk pita,
intensitas dan gugus terkait dipaparkan pada Tabel 28.
Tabel 1. Interpretasi spektrum inframerah
(bilangan gelombang, bentuk pita, intensitas, dan penempatan gugus terkait)
dari isolat.
Bilangan Gelombang
(v, cm-1)
|
Bentuk Pita
|
Intensitas
|
Penempatan Gugus Terkait
|
3417,36
|
Melebar
|
Sedang
|
ν
O-H (ikatan hidrogen antarmolekul)
|
2936,87
|
Tajam
|
Kuat
|
ν
C-H (pada CH3)
|
2868,34
|
Tajam
|
Sedang
|
ν
C-H (pada CH2)
|
1661,53
|
Tajam
|
Sedang
|
ν
C=C non konjugasi
|
1464,54
|
Tajam
|
Sedang
|
C-H
pada (CH2)
|
1376,22
|
Tajam
|
Sedang
|
C-H
pada (CH3)
|
1328,67
|
Tajam
|
Sedang
|
O-H
|
1051,74
|
Tajam
|
Sedang
|
C-OH
(alkohol siklik sekunder)
|
956,64
|
T
ajam
|
Sedang
|
=C-H
out-of-plane
|
Spektrum
inframerah memperlihatkan bahwa senyawa yang diperoleh
menunjukkan serapan melebar pada daerah
bilangan gelombang 3417,36 cm-1
yang diduga adalah serapan uluran (stretching
) dari gugus O-H (3200–3550 cm-1).
Dugaan ini diperkuat oleh adanya serapan pada daerah bilangan pada gelombang ν
1328,67 cm-1 yang menunujukkan adanya serapan tekukan (bonding) dari gugus O-H (1330-1420 cm-1)
dan bilangan gelombang ν 1051,74 cm-1 yang menunjukkan adanya aluran
C-OH siklik (990-1060 cm-1). Pita serapan pada daerah bilangan
gelombang ini membaerikan gambaran bahwa senyawa isolasi merupakan senyawa
siklik yang mengandung gugus OH.
Kedudukan
OH dalam molekul berada pada posisi 3β (ekuatorial) dapat diperlihatkan pada
tabel 2 & Gambar 5.
Tabel 2. Korelasi frekuensi C-O dengan stereokimia.
Struktur
|
Konformasi
|
Uluran C-O cm-1
|
||
Steroid Alkohol
|
Steroid Metoksi
|
Steroid Asetat
|
||
A/B trans, 3β
|
Ekuatorial
|
1037-1040
|
1100-1102
|
1025-1031
|
A/B trans, 3α
|
Aksial
|
996-1002
|
1086
|
1013-1022
|
A/B cis, 3α
|
Ekuatorial
|
1037-1044
|
1100
|
1026-1029
|
A/B cis, 3β
|
Aksial
|
1032-1036
|
1088-1090
|
1018-1022
|
∆5C=C, 3β
|
Ekuatorial
|
1050-1052
|
1104
|
1030
|
∆5C=C, 3α
|
Aksial
|
1034
|
|
|
A/B trans, 2α
|
Ekuatorial
|
1030-1035
|
|
|
A/B trans, 2β
|
Aksial
|
1010
|
|
|
A/B trans, 4α
|
Ekuatorial
|
1040
|
|
|
A/B trans, 4β
|
Aksial
|
1000
|
|
|
|
|
Terpenoid alkohol
|
|
Triterpenoid asetat
|
3β
|
Ekuatorial
|
1013-1031
|
|
1023-1026
|
|
|
1040-1045
|
|
|
3α
|
Aksial
|
1063-1068
|
|
1033-1040
|
Adanya pita tajam dengan intensitas kuat pada
bilangan gelombang v 2936,87 cm-1 adalah merupakan uluran C-H dari
CH3 dan pita serapan pada bilangan gelombang v 2868,34 cm-1
merupakan uluran C-H pada CH2 (Hal ini diperkuat dengan adanya
serapan pada daerah bilangan gelombang ᵞ 1376,22
cm‑1 yang menunjukkan adanya tekukan C-H dari CH3
(rocking, 1350-1370 cm-1) dan pita serapan pada bilangan gelombang ᵞ1464,54
cm-1 yang menunjukkan adanya tekukan C-H dari CH2
(scissoring, 1450-1470 cm‑1).
Pita serapan pada bilangan gelombang v
1661,53 cm-1 yang tajam menunjukkan adanya uluran C=C non konjugasi
(1620-1680 cm-1). Dugaan ini diperkuat dengan adanya serapan pada
bilangan gelombang ᵞ 956,64 cm-1 yang
menunjukkan adanya tekukan =C-H(650-1000 cm-1).
Dari interprestasi data diatas dapat
disimpulkan bahwa fraksi D3 mengandung inti siklik, hidroksi (3β, equatorial), aktif (CH3
dan CH2) dan ena non konjugasi (∆5).
2.
Spektroskopi
NMR
karbon
Spektrum NMR karbon (100 MHz, CDCl3)
dari fraksi D3 ditunjukkan dalam gambar 60 dan data pergeseran kimianya
dipaparkan pada Tabel 3.
Gambar 6.
Spektrum NMR-13C
No. peak
|
Pergeseran kimia(ppm)
|
No. Peak
|
Pergeseran kimia(ppm)
|
1
|
11,849
|
16
|
33,931
|
2
|
11,973
|
17
|
36,136
|
3
|
18,768
|
18
|
36,490
|
4
|
19,015
|
19
|
37,238
|
5
|
19,385
|
20
|
39,764
|
6
|
19,805
|
21
|
42,290
|
7
|
21,072
|
22
|
42,306
|
8
|
23,055
|
23
|
46,069
|
9
|
24,289
|
24
|
50,114
|
10
|
26,359
|
25
|
56,037
|
11
|
28,238
|
26
|
56,753
|
12
|
29,135
|
27
|
71,800(C-OH)
|
13
|
30,920
|
28
|
121,706(=CH2)
|
14
|
31,652
|
29
|
140,752(=C-R)
|
15
|
31,891
|
CDCl3
|
77,000(t)
|
Spektrum NMR-13 menunjukkan
bahwa terdapat 29 atom karbon (Lampiran 13)penyusun fraksi D3.
Spectrum NMR-13 C menyatakan adanya group hidroksil (ᵟc=71,800)
dan dua group ena (ᵟc=121,706 dan ᵟc 140,752).
Perbandingan data NMR-13 C. Hasil penelitian dengan data literatur
ditunjukkan dalam Tabel 4.
Peak
|
Hasil
|
Literatur
|
Dugaan
|
Peak
|
Hasil
|
Literatur
|
Dugaan
|
1
|
11,849
|
11,87
|
C-19
|
16
|
33,931
|
33,92
|
C-22
|
2
|
11,973
|
12,32
|
C-29
|
17
|
36,136
|
36,28
|
C-20
|
3
|
18,768
|
18,84
|
C-21
|
18
|
36.490
|
36,52
|
C-10
|
4
|
19,015
|
18,98
|
C-26
|
19
|
37.238
|
37,27
|
C-1
|
5
|
19,385
|
19,41
|
C-19
|
20
|
39.764
|
39,78
|
C-12
|
6
|
19,805
|
19,61
|
C-27
|
21
|
42,290
|
42,31
|
C-4
|
7
|
21,072
|
21,10
|
C-11
|
22
|
42,306
|
42,33
|
C-13
|
8
|
23,055
|
23,02
|
C-28
|
23
|
46,069
|
46,07
|
C-24
|
9
|
24,289
|
24,32
|
C-15
|
24
|
50,114
|
50,14
|
C-9
|
10
|
26,359
|
26,38
|
C-23
|
25
|
56,037
|
56,08
|
C-17
|
11
|
28,238
|
28,25
|
C-16
|
26
|
56,753
|
56,77
|
C-14
|
12
|
29,135
|
28,95
|
C-25
|
27
|
71,800(C-OH)
|
71,84
|
C-3
|
13
|
30,920
|
31,68
|
C-2
|
28
|
121,706(=CH2)
|
121,72
|
C-6
|
14
|
31,652
|
31,92
|
C-7
|
29
|
140,76(=C-R)
|
140,76
|
C-5
|
15
|
31,891
|
31,93
|
C-8
|
|
|
|
|
3. Spektroskopi
Massa
Spektrum massa dari fraksi D3 ditunjukkan
dalam gambar 7. Senyawa dengan massa 414 dan mempunyai inti siklik, hidroksil,
alkana dan alkena melalui penelusuran pustaka ada 8 senyawa.
Ada 3 struktur yang sesuai dengan data
dari spektrum IR dan NMR-13C. Struktur tersebut adalah sebagai
berikut:
1)
24-etil-5α-kolest-5-en-3β-ol(∆5)
24-etil-5α-kolest-5-en-3β-ol mempunyai gugus fungsi siklik, hidroksil
dan alkena. Data dari NMR-12C adalah sebagai berikut:
Gugus Fungsi
|
Jumlah C
|
Jumlah H
|
Jumlah O
|
CH3 6 buah
|
6
|
18
|
-
|
CH2 11 buah
|
11
|
22
|
-
|
CH 9 buah
|
9
|
9
|
-
|
C
3 buah
|
3
|
-
|
-
|
OH 1 buah
|
-
|
1
|
1
|
2)
24-etil-5α-kolest-7-en-3β-ol(∆7)
24-etil-5α-kolest-7-en-3β-ol mempunyai gugus fungsi siklik, hidroksil
dan alkena. Data dari NMR-12C adalah sebagai berikut:
Gugus Fungsi
|
Jumlah C
|
Jumlah H
|
Jumlah O
|
CH3 6 buah
|
6
|
18
|
-
|
CH2 11 buah
|
11
|
22
|
-
|
CH 9 buah
|
9
|
9
|
-
|
C
3 buah
|
3
|
-
|
-
|
OH 1 buah
|
-
|
1
|
1
|
3)
24-etil-5α-kolest-14-en-3β-ol(∆12)
24-etil-5α-kolest-14-en-3β-ol mempunyai gugus fungsi siklik, hidroksil
dan alkena. Data dari NMR-12C adalah sebagai berikut:
Gugus
Fungsi
|
Jumlah
C
|
Jumlah
H
|
Jumlah
O
|
CH3 6 buah
|
6
|
18
|
-
|
CH2 11 buah
|
11
|
22
|
-
|
CH
9 buah
|
9
|
9
|
-
|
C 3 buah
|
3
|
-
|
-
|
OH
1 buah
|
-
|
1
|
1
|
Spektrum fraksi D3 menunjukkan
bahwa tidak ada ion peak yang menyolok dengan m/z 229 yang merupakan ion peak karakteristik untuk sterol dengan
ikatan rangkap dua pada C-7, tetapi dalam spektrum menunjukkan ion peak dengan m/z 231 yang merupakan fragmentasi dari ∆5
sterol terjadi karena pemutusan rantai samping yang terikat dengan
rantai. C3H6 sehingga menghasilkan ion dengan ion dengan m/z 231 [M. RS. 42]+. Bila
spektrum fraksi D3 dibandingkan dengan spektrum literatur diperoleh
bahwa spektrum fraksi D3 dibandingkan dengan spektrum literatur
diperoleh bahwa spektrum ini sangat mirip dan mempunyai fragmentasi yang
sam
|
|
D.
Uji Bioaktivitas Senyawa Steroid
1.
Pembuatan Suspensi
Ekstrak Metanol Santalum album 1% (b/v)
Sebanyak 0,5 g CMC
ditaburkan ke dalam mortir yang berisi akuades panas ( 60C) sebanyak 10 ml,
ditutup dan dibiarkan 15 menit hingga diperoleh massa transparan, lalu
digerus hingga homogen. Ke dalam 250 mg ekstrak metanol akar S. album yang
telah digerus halus dalam mortir ditambahkan gel CMC sedikit demi sedikit.
Kemudian ditambahkan akuades, diaduk dengan cepat hingga terbentuk suspensi,
dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml, dicukupkan dengan akuades hingga garis
tanda.
2.
Prosedur Kerja
Pengujian Efek Farmakologi
Setiap awal percobaan,
mencit dipuasakan (tidak makan tetapi tetap minum) selama 16 jam, kemudian
berat badan mencit ditimbang. Kadar gula darah ditentukan dengan cara mengambil
darah melalu vena ekor yang ditusuk dengan menggunakan jarum suntik. Darah yang
keluar dioleskan pada glikostrip yang terpasang pada glucotest.
Dibiarkan selama 8 detik, alat akan bekerja secara otomatis. Angka yang tampil
pada alat dicatat sebagai kadar gula darah (mg/dl).
3.
Uji Aktivitas
Hipoglisemik
Mencit dipuasakan selama
16 jam. Kemudian berat badan ditimbang dan diukur kadar gula darah puasa.
Mencit kemudian diberi larutan glukosa 50% dosis 4 g/kg berat badan secara per
oral. Kadar gula darah mencit diukur pada selang waktu 30, 60, 90, 120, 150,
180 menit. Cara penentuan kadar gula darah mencit sama seperti point
3.5.6.5.
4.
Penentuan Efek Ekstrak
Metanol Akar S.album Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
Mencit dipuasakan selama 16 jam.
Kemudian berat badan ditimbang dan diukur kadar gula darah puasa. Kemudian
mencit diberi larutan glukosa 50% dosis 4 g/kg berat badan secara per oral.
Setelah 30 menit diukur kadar gula darah mencit, kemudian masing-masing mencit
diberi:
a.
Suspensi kosong (CMC 0,5%)
dosis 1% berat badan per oral
b.
Suspensi ekstrak metanol akar
S. album dosis 25 mg/kg berat badan per oral
c.
Suspensi ekstrak metanol akar S. album dosis
50 mg/kg berat badan per oral
d.
Suspensi ekstrak metanol
akar S. album dosis 75 mg/kg berat badan per oral
e.
Suspensi glibenklamid dosis
1 mg/kg berat badan per oral
Kadar gula
darah diukur pada selang waktu 60, 90, 120, 150, dan 180 menit.
5.
Prosedur Penggunaan
a.
Pengambilan darah mencit
dalam keadaan puasa dilakukan dengan cara menyuntik ekor mencit dengan
menggunakan syringe.
b.
Ekor yang telah disuntik
dengan syringe kemudian diurut ke bawah dengan tujuan agar darah keluar.
c.
Kemudian darah mencit
tersebut disentuhkan pad strip sampai terisi penuh. Pada layar akan muncul
angka 8 dan dibiarkan menghitung mundur hingga keluar hasil pengukuran.
d.
Kemudian mencit diberikan
larutan glukosa melalui oral dan masing-masing mencit diberikan CMC 1%,
suspensi 25, 50, 75 mg/kg BB dan suspensi glibenklamid. Untuk pengukuran
selanjutnya digunakan strip yang baru.
III.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pembahasan di atas bahwa penentuan senyawa terhadap tumbuhan Santalum album Linn, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan yaitu:
a.
Fraksi D3 merupakan senyawa
steroid berupa Kristal putih dengan berat 11,4 mg dari 4,2309 g fraksi kloroform,
berbentuk jarum dengan titik leleh 135-1370C.
b.
Penentuan struktur kimia dengan
menggunakan spektroskopi Inframerah, Spektroskopi NMR Karbon, Spektroskopi
Massa menunjukkan bahwa isolate
merupakan senyawa steroid yang tersusun dari 29 atom karbon.
c.
Ekstrak methanol dari akar tumbuhan S.
album Linn yang mengandung steroid di lakukan uji aktifitas hipoglisemik
ternyata mempunyai aktivitas hipoglisemik pada dosis 50 mg/kg BB.
d.
Hasil isolasi steroid daru akar tumbuhan
cendana bermanfaat untuk obat diabetes alami yang ramah terhadap lingkungan dan
murah sehingg dapat diaplikasikan dalam bidang kesehatan.
IV.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami sampaikan, namun kami sadar
makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu
kritik dan saran yang bersifat konstruktif dan inovatif sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, serta menambah khasanah
keilmuan kita semua. Amin
DAFTAR
PUSTAKA
Fessenden-Fessenden.(1992)
Kimia Organik Jilid 2,Jakarta: Erlangga.
Saleh, Chairul, , Isolasi dan Penentuan Struktur Senyawa Steroid Dari Akar Tumbuhan
Cendan (Santalum Album Linn), USU e-Reposetory, 2008
http://pengalamantryout.blogspot.com/2009/04/pohon-cendana-manfaat.html
diakses 06-06-2011
0 komentar:
Posting Komentar